E-Book

Gratis Download E-Book tentang Sistem Telekomunikasi

Saturday, March 30, 2013

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL


Aiman Setiono
115514238

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL
Sistem komunikasi digital adalah sebuah sistem komunikasi yang berbasis sinyal digital. Sinyal digital adalah sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan yang tiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan 1, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau/noise. Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini juga biasa disebut dengan bit.
Gambar sebuah sinyal digital yang hanya memiliki dua kemungkinan “0” dan ‘1”
Kelebihan sistem komunikasi digital             
Dibandingkan dengan sistem komunikasi analog, system komunikasi digital memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
  • Sesuai dengan teknologi komputer masa kini
Setelah melalui proses digitalisasi, informasi yang masuk akan berubah menjadi serangkaian bilangan biner yang membentuk informasi dalam wujud kode digital. Kode digital tersebut nantinya akan mampu dimanipulasi oleh komputer. Contohnya adalah gambar kamera video yang telah diubah menjadi bentuk digital. Bentuk digital tersebut mewakili element gambar (pixel). Elemen gambar tersebut dapat dimanipulasi oleh komputer. Sehingga kita dapat menciptakan efek tertentu pada gambar serta dapat juga memperbaiki kualitas gambar yang dianggap kurang baik. Bentuk manipulasinya bisa berupa penambahan intensitas cahaya pada gambar, sehingga gambar yang ada menjadi lebih terang atau gelap, meningkatkan ketajaman gambar yang kurang fokus, serta memperbaiki warna pada bagian tertentu dari gambar.
  • Kemudahan Multiplexing
Multiplexing adalah proses penggabungan beragam jenis informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk didistribusikan secara sekaligus. Informasi yang berupa sinyal digital tersebut akan di distribusikan melalui sebuah saluran (kanal/channel ) komunikasi tunggal. Nantinya saluran tunggal tersebut akan terbagi lagi menjadi saluran yang lebih kecil dan terpisah, Sehingga, kebutuhan akan konstruksi dan pemeliharaan proses transmisi komunikasi akan semakin berkurang. Terdapat tiga teknik yang bisa dipakai di dalam proses Multiplexing yaitu:
  1. Frequency Division Multiplexing (FDM)
  2. Time Division Multiplexing (TDM)
  3. Statistical Time Division Multiplexing (STDM)

  • Keutuhan data pada saat proses transmisi
Pada saat informasi dipancarkan dalam bentuk sinyal digital, walaupun telah menempuh jarak yang cukup jauh keutuhan data akan tetap terjaga. Sinyal digital tersebut akan melaui serangkaian repeater station (stasiun pengulang) yang berfungsi untuk melindungi dan memperkuat sinyal sepanjang jalur perjalanan transmisi. Gangguan berupa cuaca buruk dan noise tidak akan memengaruhi transmisi sinyal digital. Hal tersebut terjadi karena, pada repeater station sinyal digital akan mengalami regenerasi. Sinyal-sinyal yang rusak akan digantikan oleh sinyal baru.
  • Teknologi ISDN
ISDN (Integrated Services Digital Network) dalam bahasa Indonesia yaitu jaringan telekomunikasi digital pelayanan terpadu adalah pelayanan telepon digital penuh berkecepatan tinggi. ISDN mampu mengubah jaringan telepon analog menjadi sistem digital. ISDN dapat beroperasi mencapai kecepatan 128 kilobit/second, lima kali lebih cepat daripada modem analog saat ini. ISDN dapat secara dramatis mempercepat pengiriman informasi pada internet atau LAN (Local Area Network) jarak jauh, terutama media yang kaya akan grafik, audio, atau video atau bermacam aplikasi yang aktif di LAN. Teknologi ISDN ini membawa revolusi dalam cara kita berkomunikasi. Kita dapat bertukar gambar, grafik, dan data dengan mudah, cepat serta dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (fleksibel).
  • Efisiensi Biaya
Peralatan pada teknologi digital membangkitkan produksi massal yang kemudian akan menekan biaya produksi. Alat-alat pada teknologi digital juga lebih stabil, praktis dan memiliki daya tahan yang lama dalam pemakaiannya. Hal tersebut menyebabkan biaya pemeliharaan menjadi lebih sedikit. Hal ini dikarenakan adanya teknologi Integrated Circuit ( IC) yang kemudian akan lebih dikenal dengan sebutan chips. Benda ini memberikan dampak yang signifikan, karena dengan sebuah chips, teknologi komputer yang sebelumnya harus menggunakan mesin dan komponen yang berukuran besar, berat dan tidak praktis dapat digantikan tugasnya oleh chips tersebut.
  • Kemudahan Enkripsi
Meskipun pengguna telepon belum begitu membutuhkan sistem enkripsi data, kemudahan proses enkripsi dan deskripsi terhadap sinyal digital merupakan fitur ekstra dari sistem komunikasi digital. Secara kontras, sinyal suara analog sangat sulit untuk dienkripsi sehingga sangat mudah untuk disadap di sepanjang jalur komunikasi.
  • Pemrosesan Sinyal Digital
Pemrosesan sinyal digital dapat diartikan sebagai proses operasi yang dilakukan pada sebuah sinyal untuk memanipulasi atau mentransformasi karakteristik-karakteristiknya.
Kerugian Sistem Digital
Sistem digital juga mempunyai beberapa kerugian dibandingkan dengan sistem analog, bahwa sistem digital memerlukan bandwidth yang besar. Sebagai contoh, sebuah kanal suara tunggal dapat ditransmisikan menggunakan single - sideband AM dengan bandwidth yang kurang dari 5 kHz. Dengan menggunakan sistem digital, untuk mentransmisikan sinyal yang sama, diperlukan bandwidth hingga empat kali dari sistem analog. Kerugian yang lain adalah selalu harus tersedia sinkronisasi. Ini penting bagi sistem untuk mengetahui kapan setiap simbol yang terkirim mulai dan kapan berakhir, dan perlu meyakinkan apakah setiap simbol sudah terkirim dengan benar.



sistem persinyalan di kereta api di Indonesia


Nama           : Arif Wahyu Nugroho
Kelas            :S1 ELKOM 2 2011
NIM             :115514244


Persinyalan di kereta api
           Peralatan Persinyalan adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan isyarat berupa warna atau bentuk yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol pengoperasian kereta api.
         Kata sinyal berasal dari bahasa latin "signum" yang artinya tanda. Sinyal adalah pembawa berita tentang keadaan jalan bagi kereta api bagi awak kereta api. Dilihat dari bentuknya, maka sinyal dapat dibedakan antara sinyal optis dan sinyal akustis. Sinyal optis berupa gerakan tangan, gabungan antara posisi lengan pada tiang sinyal dan cahaya yang diperlihatkan. Sinyal akustis berupa pengeras suara, suling, terompet atau peluit dan lain-lain.
Peralatan persinyalan yang pernah dipergunakan di Indonesia, antara lain :
Ikon
Persinyalan
Deskripsi
Lokasi
Alkmaar
Persinyalan alkmaar digerakkan dengan tuas penggerak/handle sinyal secara mekanik/manual dengan tenaga manusia. Tuas penggerak/handle dengan palang sinyal pada tiang sinyal dihubungkan dengan kawat atau rantai. Ciri stasiun menggunakan persinyalan alkmaar adalah seluruh wesel menggunakan tuas penggerak wesel manual yang berada di dekat setiap wesel atau dengan kata lain wesel tidak dioperasionalkan secara terpusat. Sistem persinyalan alkmaar ini tidak bisa dirangkai dengan sinyal blok, sehingga tidak dapat dipakai pada stasiun yang berbatasan dengan stasiun lain yang menggunakan peralatan persinyalan elektrik.
Ambarawa, Solo Kota, Wonogiri, Kalimas
Siemens & Halske manual
Persinyalan Siemens & Halske manual merupakan sistem persinyalan yang digerakkan secara mekanik/manual dengan tenaga manusia. palang sinyal pada tiang sinyal digerakkan oleh tuas pengerak/handle sinyal yang ditempatkan di stasiun. Tuas penggerak/handle sinyal dengan palang sinyal pada tiang sinyal dihubungkan dengan kawat atau rantai. Persinyalan alkmaar dan Siemens & Halske manual dipakai di jalur kereta api dengan frekuensi perjalanan kereta api yang tidak padat. Karena tidak memungkinkan dipasang interlocking pada kedua persinyalan tersebut, maka sistem pengamanan perjalanan kereta api dilakukan hanya berdasarkan pertukaran warta antar stasiun, yang dicatat dalam buku warta kereta api.
Indro, Benteng, Kalibaru, Banyuwangi Baru
Siemens & Halske semi otomatis
Persinyalan Siemens & Halske semi otomatis merupakan sistem persinyalan yang digerakkan secara mekanik/manual dengan perangkat blok elektro mekanis. Bentuk fisik persinyalan ini sama dengan Persinyalan Siemens & Halske manual yang dipasang tambahan lemari blok. Peran lemari blok ini sebagai interlocking antar stasiun. Ciri sistem persinyalan ini yaitu di atas tuas pengerak/handle sinyal ada alat pemutar dan lemari blok dengan beberapa jendela kaca kecil yang bisa menunjukkan warna merah atau putih, serta knop-knop penekan di atas jendela kecil tersebut. Persinyalan Siemens & Halske semi otomatis dapat dipakai untuk jalur utama di mana kepadatan perjalanan kereta api di jalur utama tergolong tinggi.
Solo Jebres, Cepu, Bojonegoro, Surabaya Pasar Turi

dd
      Daftar Pustaka:
       Indonesianheritagerailway.2010.Persinyalan Kereta Api.http://Indonesianheritagerailway.com.diakses pada tanggal 30 maret 2013.
 daftaraap











SISTEM TELEKOMUNIKASI KERETA API DI INDONESIA


Nama               : Arif Wahyu Nugroho
Kelas               : S1 ELKOM 2 2011
NIM                : 115514244


Sistem Telekomunikasi Kereta api di Indonesia

   Peralatan Telekomunikasi adalah seperangkat fasilitas yang digunakan untuk penyampaian informasi dan/atau komunikasi guna membantu keamanan, keselamatan dan kelancaran operasi kereta api.
    Awal pertama kali kereta api beroperasi masalah telekomunikasi masih dianggap tidak terlalu penting. Namun sejalan dengan tuntutan semakin banyaknya kereta api yang berjalan pada suatu jalur jalan rel maka fungsi telekomunikasi menjadi sangat penting dan dibutuhkan. Sistem telekomunikasi yang pertama kali dilakukan adalah dengan menggunakan kurir untuk menjamin sistem keamanan jalur perjalanan kereta api. Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dengan ditemukannya tegangan listrik dengan arus rendah (elektro) maka peralatan telekomunikasi tersebut mulai dipasang pada perkeretaapian.
Peralatan telekomunikasi yang pernah dipergunakan dalam perkeretaapian Indonesia, antara lain :
Ikon
Jenis
Deskripsi
Tipe/Seri
Pesawat Morse
Morse adalah alat yang digunakan untuk menerima dan mengirimkan berita antar stasiun. Di sepanjang rel kereta api didirikan tiang-tiang telegrap yang menghubungkan antar stasiun. Kode Morse menggunakan rangkaian yang sudah distandarisasi pendek dan panjangnya elemen garis atau titik untuk merepresentasikan huruf, angka, tanda baca dan karakter khusus untuk membuat pesan. Garis dan titik inilah yang dibaca oleh penerima berita di stasiun tentang kedatangan atau keberangkatan kereta api. Kode morse ini cukup rumit bila dibandingkan dengan sistem komunikasi perkerataapian saat ini.

Pesawat Telepon Induktor
Telepon ini sejenis dengan 'interkom' karena tidak menggunakan nomor-nomor untuk menghubungi stasiun-stasiun kereta api. Cara mengoperasikannya dengan memutar alat pemutar yang ada di telepon ini sebagai penyambungnya. Pada telepon jenis ini terdapat sebuah kumparan induksi untuk membangkitkan arus signal bolak-balik ke papan sambung. Untuk membangkitkan tegangan arus signal bolak-balik dengan jalan memutar pada alat pemutar di telepon dengan kecepatan yang cukup.

Pesawat Telepon Selektor
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul telepon yang menggunakan angka, sehingga untuk melakukan komunikasi antar stasiun harus memutar angka yang sesuai dengan nomor tujuan. Pulsa-pulsa yang dikirim dari roda pilih pesawat telepon, menggerakkan alat penyambung dan pemilihan dilakukan oleh setiap angka (digit) yang dikirim secara beruntun mulai dari angka pertama sampai angka terakhir. Kemudian selektor demi selektor menerima pulsa-pulsa dari roda pilih dan secara selangkah demi selangkah menjalin suatu hubungan sehingga akhirnya terciptalah suatu hubungan antara saluran-saluran satu sama lain.




d    Daftar Pustaka :
f   Indonesianheritagerailway.2010.telekomunikasi kereta api.http://indonesianheritagerailway.com.diakses pada tanggal 30 maret 2013.
h



















Thursday, March 28, 2013

Kabel UTP

Oleh : Lutfi Hakim 115514001 Elkom 2 2011

Dalam system telekomunikasi, kita sering mendengar istilah fiber optic, kabel coaxcial, dll. Mungkin kebanyakan dari anda semua sudah mengerti mengenai istilah tersebut. Namun pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai salah satu penghubung atau bisa disebut kabel penghubung yang biasa digunakan dalam system jaringan internet local, yaitu kabel UTP. Seberapa tahukah anda mengerti mengenai kabel UTP? Pernahkah membuat kabel UTP? Dalam kesempatan kali ini, mungkin saya akan membahas mengenai kabel UTP.


PENGERTIAN


Kabel UTP merupakan singkatan dari Unshielded Twisted-pair adalah sebuah jenis kabel jaringan yang terbuat dari bahan penghantar tembaga yang tidak dilengkapi dengan shield internal. Dalam kabel UTP, terdapat insulasi satu lapis yang melindungi kabel dari ketegangan fisik atau kerusakan api, tapi tidak seperti kabel Shielded Twisted-pair (STP), insulasi tersebut tidak melindungi kabel dari interferensi elektromagnetik. .Kabel UTP terdiri dari empat pasang inti kabel yang saling berbelit yang masing-masing pasang memiliki kode warna berbeda. Kabel UTP merupakan jenis kabel ini paling umum dan sering digunakan di dalam jaringan local (LAN), karena memang harganya yang lumayan murah, fleksibel dan kinerja yang ditunjukkan relative bagus.
Kabel UTP memiliki impedansi kira-kira 100 ohm dan tersedia dalam beberapa kategori yang ditentukan dari kemampuan transmisi data yang dimilikinya seperti tertulis table berikut :
KATEGORI
KEGUNAAN
Category 1 (Cat1) Kualitas suara analog
Category 2 (Cat2) Transmisi suara digital hingga 4 megabit/detik
Category 3 (Cat3) Transmisi data digital hingga 16 Megabit/detik
Category 4 (Cat4) Transmisi data digital hingga 20 Megabit/detik
Category 5 (Cat5) Transmisi data digital hingga 100 Megabit/detik
Enhanced category 5 (Cat5e) Transmisi data digital hingga 1000 Megabit/detik
Category 6 (Cat6) Mendukung transmisi di frekuensi 250 MHz
Category 7 (Cat7) Mendukung transmisi di frekuensi 600 MHz


Diantara semua kabel di atas, kabel Enhanced category 5 (Cat5e) dan Category 5 (Cat5) merupakan kabel UTP yang paling popular yang banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi ethernet.


CATEGORY 1
Kabel UTP Category 1 (Cat1) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi terendah, yang didesain untuk mendukung komunikasi suara analog saja. Kabel Cat1 digunakan sebelum tahun 1983 untuk enghubungkan telepon analog Plain Old telephone Service (POTS). Karakteristik kelistrikan dari kabel Cat1 membuatnya kurang sesuai untuk digunakan sebagai kabel untuk mentransmisikan data digital di dalam jaringan computer, dank arena itulah tidak pernah digunakan untuk tujuan tersebut.

CATEGORY 2
Kabel UTP Category 2 (Cat2) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi yang lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 1 (Cat1), yang didesain untuk mendukung komunikasi data dan suara digital. Kabel ini digunakan untuk menghubungkan node-node dalam jaringan dengan teknologi Token Ring dari IBM. Karakteristik kelistrikan dari kabel Cat2 kurang cocok jika digunakan sebagai kabel jaringan masa kini.

CATEGORY 3
Kabel UTP Category 3 (Cat3) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi yang lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 2 (Cat2), yang didesain untuk mendukung komunikasi data dan suara pada kecepatan hingga 10 megabit/detik. Kabel UTP Cat3 menggunakan kawat-kawat tembaga 24-gauge dalam konfigurasi 4 pasang kawat yang dipilin (twisted-pair) yang dilindungi oleh insulasi. Cat3 merupakan kabel yang memiliki kemampuan terendah (jika dilihat dari perkembangan teknologi Ethernet), karena memang hanya mendukung jaringan 10 BaseT saja. Seringnya, kabel jenis ini digunakan oleh jaringan IBM Token Ring yang berkecepatan 4 megabit/detik, sebagai pengganti Cat2.
Table berikut menyebutkan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh kabel UTP Category 3 pada beberapa frekuensi.
Karakteristik Nilai Pada FrekuensiI 10 MHz Nilai Pada Frekuensi 16 MHz
Attenuation (pelemahan sinyal) 27 dB/1000 Kaki 36 dB/1000 Kaki
Near-end Cross-Talk (NEXT) 26 dB/1000 kaki 23 dB/1000 kaki
Resistansi 28.6 Ohm/1000 kaki 28.6 Ohm /1000 kaki
Impedansi 100 Ohm (±15%) 100 Ohm (±15%)
Kapasitansi 18 picoFarad/kaki 18 picoFarad/kaki


CATEGORY 4
Kabel UTP Category 4 (Cat4) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi yang lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 3 (Cat3), yang didesain untuk mendukung komunikasi data dan suara hingga kecepatan 16 megabit per detik. Kabel ini menggunakan kawat tembaga 22-gauge atau 24-gauge dalam konfigurasi empat pasang kawat yang dipilin (twisted pair) yang dilindungi oleh insulasi. Kabel ini dapat mendukung jaringan Ethernet 10BaseT, tapi seringnya digunakan pada jaringan IBM Token Ring 16 megabit per detik.
Tabel berikut menyebutkan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh kabel UTP Category 4 pada beberapa frekuensi.
Karakteristik Nilai Pada FrekuensiI 10 MHz Nilai Pada Frekuensi 20 MHz
Attenuation 20 dB/1000 Kaki 31 dB/1000 Kaki
Near-end Cross-Talk (NEXT) 41 dB/1000 kaki 36 dB/1000 kaki
Resistansi 28.6 Ohm/1000 kaki 28.6 Ohm /1000 kaki
Impedansi 100 Ohm (±15%) 100 Ohm (±15%)
Kapasitansi 18 picoFarad/kaki 18 picoFarad/kaki


CATEGORY 5

Kabel UTP Category 5 (Cat5) adalah kabel dengan kualitas transmisi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 4 (Cat4), yang didesain untuk mendukung komunikasi data serta suara pada kecepatan hingga 100 megabit per detik. Kabel ini menggunakan kawat tembaga dalam konfigurasi empat pasang kawat yang dipilin (twisted pair) yang dilindungi oleh insulasi. Kabel ini telah distandardisasi oleh Electronic Industries Alliance (EIA) dan Telecommunication Industry Association (TIA).
Kabel Cat5 dapat mendukung jaringan Ethernet (10BaseT), Fast Ethernet (100BaseT), hingga Gigabit Ethernet (1000BaseT). Kabel ini adalah kabel paling populer, mengingat kabel serat optik yang lebih baik harganya hampir dua kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan kabel Cat5. Karena memiliki karakteristik kelistrikan yang lebih baik, kabel Cat5 adalah kabel yang disarankan untuk semua instalasi jaringan.
Karakteristik Nilai Pada FrekuensiI 10 MHz Nilai Pada Frekuensi 100 MHz
Attenuation 20 dB/1000 Kaki 22 dB/1000 Kaki
Near-end Cross-Talk (NEXT) 47 dB/1000 kaki 32.3 dB/1000 kaki
Resistansi 28.6 Ohm/1000 kaki 28.6 Ohm /1000 kaki
Impedansi 100 Ohm (±15%) 100 Ohm (±15%)
Kapasitansi 18 picoFarad/kaki 18 picoFarad/kaki
Structural Retum Loss 16 dB 16 dB
Delay Skew 45 nanodetik/100 meter 45 nanodetik/100 meter


ENHANCED CATEGORY 5
Kabel ini merupakan versi perbaikan dari kabel UTP Cat5, yang menawarkan kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan Cat5 biasa. Kabel ini mampu mendukung frekuensi hingga 250 MHz, yang direkomendasikan untuk penggunaan dalam jaringan Gigabit Ethernet, meskipun menggunaan kabel UTP Category 6 lebih disarankan untuk mencapai kinerja tertinggi


PENGABELAN UTP CATEGORY 5
Dalam menghubungkan jaringan Ethernet dengan menggunakan kabel UTP Category 5, terdapat dua strategi pengabelan, yakni Crossover cable dan Straight-through cable. Kabel Crossover digunakan untuk menghubungkan dua perangkat yang sama (NIC dengan NIC lainnya, hub dengan hub yang lainnya dan lain-lain), sementara kabel Straight-through digunakan untuk menghubungkan NIC dengan hub atau NIC dengan switch.







DAFTAR PUSTAKA

TEKNIK SWITCHING TELEPON


Oleh : Nurul Khoiriyah (115514023)

1.      Pola Jaringan Komunikasi

Untuk menyelenggarakan komunikasi antara 2 tempat, maka dibutuhkan suatu sirkit komunikasi antara 2 tempat tersebut.
Apabila jumlah langganan hanya beberapa, dalam arti kecil sekali, maka cara seperti yang ditujukkan pada Gbr. 1, yakni dengan melengkapi saluran langsung dari setiap langganan ke setiap langganan yang lain,masih mungkin untuk dilaksanakan. Akan tetapi, apabila jumlah langganan betambah banyak, dengan sendirinya saluran-saluran yang dibutuhkan menjadi terlalu besar, sehingga tidak praktis dan dipandang dari sudut ekonomis tidak menguntungkan.
Dalam hal demikian, maka cara yang dapat dipergunakan ialah dengan melengkapi suatu peralatan switching yang ditempatkan di tengah-tengah atau di pusat dari sekelompok langganan. Yang fungsinya adalah untuk menghubungkan antara dua langganan pada saat-saat yang diperlukan. Dengan cara ini, harus dipasang suatu sirkit antara peralatan switching dan setiap langganan seperti pada Gbr. 2.
Pada umumnya, jaringan komunikasi terdiri dari sejumlah alat penghubung (switch) dan sirkit-sirkit pengontrol yang mengerjakan switch tadi. Jaringan- jaringan komunikasi dapat dibagi dalam 4 macam yaitu : jaringan telepon, jaringan telex, jaringan telegraph relay ( telegraph relay network), jaringan yang disewakan.

                          

   Gambar 1. Hubungan dengan saluran langsung                  Gambar 2. Pemakaian peralatan switching                                               

2.   Jaringan Transmisi

Dalam hal jumlah langganan hanya sedikit, sudah cukup dengan satu system switching. Namun dengan bertambahnya langganan-langganan dan langganan-langganan itu tersebar dalm wilayah (area) yang luas, maka secara teknis tidaklah praktis untuk memperluas kapasitas dari switch. Juga dipandang dari segi ekonomis tidaklah menguntungkan, karena harus melengkapi dengan sejumlah saluran-saluran langganan yag sangat panjang. Karenanya suatu area dibagi menjadi beberapa area. Setiap area dilengkapi dengan satu system switching dan system-system switching dari sejumlah area dihubungkan satu sama lain dengan saluran-saluran transit.
Apabila jumlah langganan meningkat dan kebutuhan perlengkapan switching bertambah, dengan sendirinya saluran-saluran transit yang diperlukan untuk menghubungkan kantor-kantor itu harus banyak. Jumlah saluran yang diperlukan tergantung pada bagaimana saluran-saluran transit menghubungkan kantor-kantor itu. Ada dua cara yang dapat dipakai yaitu:
1.   Setiap kantor dihubungkan dengan salutan-saluran langsung ke kantor-kantor yang lainnya.
2.   Menempatkan suatu system switching yang semata-mata untuk keperluan transit di pusat suatu area dan semua sirkit dari kantor-kantor dalm area tersebut dikonsentrasikan ke system switching transit.
Cara yang pertama disebut dengan jaringan jenis jala (Gbr. 3). Jaringan ini sederhana dan ekonomis dan terbentuk antara beberapa kantor yang mempunyai hubungan lalu libtas yang sibuk. Sedangkan cara yang kedua disebut dengan jaringan jenis bintang ( Gbr. 4). Ini adalah cara yang bisa dipakai apabila jumlah kantor cukup banyak.

                 
       Gambar 3. Jaringan jenis jala                             Gambar 4. Jaringan jenis bintang

     Dalam hal dimana jaringan jenis bintang dipergunakan, sejumlah kantor-kantor besar memerlukan dipasangnya system switching transit yang mempunyai derajat atau kedudukan lebih tinggi yang melayani beberapa kantor transit secara bersama. Cara demikian, dimanab switch dipakai bertingkat-tingkatdisebut dengan jaringan jenis bintang bertingkat (multi-step), (Gbr. 5).


                                          Gambar 5. Jaringan jenis bintang bintang bertingkat

Pada dasarnya, system jaringan telepon yang diperhunakan di Jepang adalah jenis bintang bertingkat tetapi saluran-saluran langsung dipasang antara kantor-kantor yang mempunyai lalu lintas sibuk. System ini dikenal sebagai jaringan kombinasi. Pada sistem ini switch mempunyai fungsi memilih suatu jalan pilihan (alternative route). Pemilihan pertama diberikan terhap saluran-saluran langsung apabila di antaranya ada yang bebas, tetapi apabila semuanya itu sibuk, hubungan dapat dilakukan melalui suatu system switchingdari kedudukan tang lebih tinggi dalam jaringan jenis bintang. Dalam hal ini dicapai suatu efisiensi yang lebih tinggi dari sirkit-sirkit.


   Rerferensi:
  Suhana, Ir. 198. .Buku pegangan teknik telekomunikasi .Jakarta: PT pradnya paramitha ( terjemahan dari Shigeki Shoji)


Perencanaan Sistem Transmisi Satelit

oleh: Sholihah Fitria Ningrum-115514027

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI SATELIT


Konsep dasar komunikasi satelit:
- Stasiun bumi adalah suatu stasiun komunikasi radio, terletak di permukaan bumi (atau bagian utama dari atmosfer bumi) dan ditujukan untuk komunikasi dengan ruang angkasa atau dengan stasiun lainnya melalui stasiun ruang angkasa atau obyek lain di ruang angkasa.
Komunikasi satelit adalah komunikasi antara stasiun bumi melalui stasiun ruang angkasa

- Satellite link adalah jalur komunikasi antara stasiun bumi melalui satu satelit dan terdiri dari link bumi ke satelit (up link) dan link dari satelit ke bumi (down link).

- Penyiaran satelit adalah transmisi dari program radio penyiaran (televise dan audio) dari stasiun transmisi bumi ke stasiun penerima melalui stasiun ruang angkasa.

- Stasiun bumi penerima, untuk menerima program TV atau informasi penyiaran lainnya

- Pemancar stasiun bumi adalah stasiun yang mentrasnmisi informasi penyiaran dalam earth satellite link ditujukan untuk distribusi melalui suatu jaringan stasiun penerima.

- Monitor stasiun bumi adalah stasiun yang menjaga track dari mode operasi dari sebuah komunikasi satelit, dari observasi oleh stasiun bumi dari jaringan yang penting untuk pengoperasian jaringan secara keseluruhan.

Orbit satelit menurut ketinggiannya:
-Orbit rendah (low earth orbit) ketinggiannya 1000 – 5000 km.
-Orbit menengah (medium earth orbit) ketinggiannya 5000 – 200.000 km.
-Orbit sinkron (geosynchronous orbit) ketinggiannya 36.000 km.

Orbit satelit menurut jenis peredarannya:
-Orbit polar, yaitu orbit dengan inklinasi sebesar 900 yang memungkinkan pengamatan seluruh permukaan bumi.
-Orbit retrogade, yaitu satelit yang bergerak dari timur ke barat (berlawanan dengan perputaran bumi) dengan tujuan untuk menjamin satelit agar tetap disinari matahari pada waktu-waktu tertentu.
-Orbit petrogade, yaitu satelit bergerak dari barat ke timur.
-Orbit sinkron, yaitu orbit dengan ketinggian tertentu yang mempunyai periode edar sama dengan periode rotasi bumi.
Orbit geostasioner adalah orbit satelit dengan ketinggian kira-kira 35.800 km, bergerak dari barat ke timur dengan inklinasi 00.

2. Sebutkan parameter-parameter komunikasi satelit dan jelaskan!
Ada 10 parameter yang harus diperhatikan dalam sistem komunikasi satelite. Berikut parameter dan penjelasannya:
Jawab:

Parameter-parameter komunikasi satelit:
- Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) adalah besaran yang merupakan gabungan antara penguatan antenna dan daya pancar suatu sumber sinyal.
EIRP = PTGT
PT = daya yang masuk ke antena (W)
GT = penguatan antena

- Sudut elevasi adalah sudut yang diukur dari garis horizontal lokal seorang pengamat ke satelit

- Sudut elevasi adalah sudut yang diukur dari garis horizontal lokal seorang pengamat ke satelit.

γ = sudut antara stasiun bumi dan satelit dan pusat bumi sebagai pusatnya

d = jarak antara stasiun bumi ke satelit (km)

- Saturated Flux Density (SFD) adalah batas fluks jenuh yang dapat diterima oleh satelit sehinggan menghasilkan daya keluaran maksimum.

EIRPsat = EIRP yang dibutuhkan untuk membuat TWTA satelit jenuh (W)

-Pad adalah komponen yang ada pada tiap transponder yang berfungsi untuk meningkatkan SFD transponder.

- Figure of Merit (G/T) adalah perbandingan antara penguatan penerimaan antenna dengan temperature derau sisten penerima yang menunjukkan unjuk kerja sistem penerima dalam kaitannya dengan sensitifitas penerimaan sinyal.

- Carrier-to-Noise Power Ratio (C/N) adalah perbandingan antara daya sinyal pembawa dengan daya derau.

- Bit Error Ratio (BER) adalah perbandingan antara jumlah bit informasi yang diterima secara tidak benar dengan jumlah bit informasi yang ditransmisikan pada selang waktu tertentu.
- Rugi-rugi propagasi

• Rugi ruang bebas adalah daya yang hilang karena proses menjalarnya energy elektromagnetik melalui ruang.

d = jarak stasiun bumi ke satelit (m)
λ = panjang gelombang (m)
• Rugi hujan merupakan hasil penyerapan dan hamburan yang dilakukan oleh hujan.
• Rugi atmosfir, disebabkan partikel-partikel yang terdapat di atmosfir.
- Rugi polarisasi, disebabkan ketidaksempurnaan antena penerima yang menerima selain komponen sinyal dikehendaki juga komponen sinyal yang tidak dikehendaki.
Rugi pengarahan antena, dapat terjadi apabila pengarahan antena tidak satu garis lurus dengan vektor posisi satelit.

Sumber:  http://eviandrianimosy.blogspot.com/2010/06/perencanaan-sistem-transmisi-satelit.html

Wednesday, March 27, 2013

SISTEM KERJA RADIO III : TRANSCEVIER


Nama               : Arif Wahyu Nugroho
Kelas               : S1 ELKOM 2 2011
NIM                : 115514244

SISTEM KERJA RADIO III : TRANSCEVIER

Apabila kita memancarkan gelombang radio ke tempat yang jauh, semakin lama gelombang tersebut akan melemah sehingga gelombang tersebut sampai di tempat tujuan dengan kehilangan beberapa sinyal informasi bahkan gelombang tersebut tidak sampai di tempat tujuan. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka kita harus menguatkan kembali gelombang tersebut dengan sebuah alat yang bernama transceiver. Sehingga gelombang yang melemah tadi dapat kuat kembali dan dapat diterima ditempat tujuan dengan baik.
Radio transceiver merupakan sebuah alat yang dapat menerima dan memancarkan suatu gelombang radio. Radio Transceiver terdiri dari bagian receiver (penerima) dan bagian transmiter (pengirim) yang dirangkai menjadi satu bagian. Pada awalnya, radio transceiver dirangkai dari bagian receiver sendiri dan transmiter sendiri, sehingga kedua bagian tersebut terpisah. Namun seiring perkembangan jaman, bagian receiver dan transmiter dapat dintegrasikan menjadi satu bagian dan bekerja secara bergantian karena pada dasarnya bagian receiver dan transmiter memiliki banyak kesamaan.
Radio Transceiver bekerja dengan cara menerima gelombang radio yang kemudian diteruskan ke bagian penguat ( amplifier ) dan diakhiri pada bagian transmiter yang akan mengirimkan kembali gelombang yang sudah dikuatkan tersebut.
Wujud dari radio transmiter ini bermacam – macam. Yang paling sering kita jumpai adalah BTS ( Base Transceiver Station ) yang biasa digunakan untuk transmiter sinyal telepon selular. Transmiter untuk komunikasi radio biasanya dimultifungsikan sebagai kator cabang stasiun radio. Karena fungsi radio tranceiver juga dapat difungsikan sebagai radio transmiter.
Misalkan Radio GCD FM yang berpusat di bukit patuk gunung kidul. Mereka memiliki kantor cabang di Kl kusuma negara yang sekaligus digunakan untuk studio siaran. Begitu pula dengan kantor Pro-2 RRI yang ada di yogyakarta. Selain digunakan untuk pemancar ( transmiter ) RRI yogyakarta, stasiun ini juga berfungsi sebagai  transceiver siaran RRI Pusat dari jakarta, sehingga suara penyiar yang berada jauh di Jakarta, dapat didengar dengan baik oleh masyarakat Yogyakarta.

Gelombang radio yang dipancarkan oleh transmiter yang berada di sebelah kiri bukit tidak akan dapat diterima oleh daerah disebalah kanan bukit karena gelombang tersebut terhalang oleh bukit. Untuk itu dibutuhkan sebuah stasiun transmiter daiatas bukit yang akan memperkuat dan memancarkan kembali gelombang tersebut ke daerah di sebelah kanan bukit sehingga gelombang tersebut dapat dinikmati oleh penduduk disebelah kanan bukit.
Lapisan ionosfer yang dimiliki atmosfer bumi juga dapat memantulkan gelombang radio sehingga lapisan ionosfer dufungsikan sebagai transceiver alami. Contoh yang lebih kompleks sebuah stasiun transceiver adalah sebuah satelit.
 Carrier dari stasiun bumi di pancarkan ke satelit. Dipancarkan oleh stasiun bumi secara broadcast pada frek 5925-6425 MHz. Oleh Satelit carrier tersebut di perkuat dan dipancarkan kembali kebumi secara broadcast pada frek 3700 – 4200 mhz. Gelombang yang digunakan adalah gelombang UHF / SHF.

Daftar Pustaka :
adityarizki. 2012. sistem kerja radio III transceiver. http://www.adityarizki.net. diakses pada tanggal 27 maret 2013