NAMA :ARIF WAHYU NUGROHO
KELAS : S1 ELKOM 2 2011
NIM : 115514244
Sistem Komunikasi Satelit
Prinsip Sistem Komunikasi Satelit
Prinsip dasar komunikasi satelit adalah sistem komunikasi
radio dengan satelit sabagai stasiun pengulang. Konfigurasi suatu sistem
komunikasi satelit terbagi atas dua bagian, yaitu: ruas bumi (ground segment)
dan ruas angkasa (space segment). Ruas bumi terdiri dari beberapa stasiun bumi
yang berfungsi sebagai stasiun bumi pengirim dan stasiun bumi penerima,
sedangkan ruas angkasa berupa satelit yang menerima sinyal yang dipancarkan
dari stasiun bumi pengirim, kemudian memperkuatnya dan mengirimkan sinyal
tersebut ke stasiun bumi penerima.
Pada sistem komunikasi satelit yang menggunakan orbit geosinkron,
jarak yang harus ditempuh sangat jauh, yaitu sekitar 36.000 km. Hal ini
menyebabkan redaman lintasan menjadi sangat besar, sehingga level daya terima
sangat lemah. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan peralatan yang mempunyai
kehandalan tinggi, baik dari segmen angkasa maupun segmen bumi. Sesuai dengan
ketinggian orbitnya, sistem komunikasi satelit bergerak terdiri dari tiga jenis
orbit, yaitu:
a. LEO (Low Earth Orbit) pada ketinggian 500 km sampai
dengan 2.000 km.
b. MEO (Medium Earth Orbit) pada ketinggian 5.000 km sampai
dengan 20.000 km.
c. GEO (Geosynchronous Earth Orbit) pada ketinggian 35.786
km.
Link Komunikasi Satelit
Dalam link komunikasi satelit terdapat dua lintasan utama,
yaitu uplink dan downlink. Uplink merupakan lintasan dari stasiun bumi ke
satelit, sedangkan downlink merupakan lintasan dari satelit ke stasiun bumi.
Untuk hubungan link komunikasi dapat dilakukan melalui beberapa konfigurasi,
yaitu: hubungan point-to-point, point-to-multipoint, multipoint-to-poit, dan
multipoint-to-multipoint. Dalam sistem komunikasi satelit, untuk uplink biasa
digunakan konfigurasi multipoint-to-point, sedangkan untuk downlink biasanya
menggunakan konfigurasi point-to-multipoint (broadcast). Hubungan dalam
komunikasi satelit dapat dikelompokkan dalam tiga bagian
yaitu:
a. Uplink, yaitu hubungan dari stasiun bumi ke satelit.
b. Downlink, yaitu hubungan dari satelit ke stasiun bumi.
c. Inter Satellite Link (ISL), yaitu lintasan full duplex
antara dua satelit.
Parameter Link Sistem Komunikasi Satelit
Parameter link sistem komunikasi satelit terdiri dari
penguatan antena, EIRP, redaman ruang bebas, kerapatan fluks daya, daya sinyal
pembawa dan derau. Dengan parameter ini, persyaratan teknik yang harus dipenuhi
oleh sistem dapat ditentukan, yang pada akhirnya dapat diperoleh rancangan
sistem dengan kualitas sinyal sesuai dengan yang diharapkan.
Parameter-parameter yang diperlukan dalam perhitungan link :
a) Penguatan Antena
Penguatan antenna adalah perbandingan daya yang dipancarkan
(diterima) dalam tiap satuan luas pada arah tertentu oleh suatu antena dengan
daya yang dipancarkan (diterima) dalam luas yang sama dengan menggunakan antena
isotropic jika keduanya diberi daya yang sama. Dalam komunikasi satelit, jenis
antena yang biasa digunakan untuk satelit adalah antena parabola.
b) Daya Pancar Isotropis Efektif (EIRP)
EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power) merupakan
parameter yang menunjukkan nilai efektif daya yang dipancarkan dari antena yang
memiliki penguatan sendiri. Bila terdapat rugi-rugi feeder, maka akan
mengurangi nilai dari EIR
c) Redaman Ruang Bebas fs L (FSL)
Redaman ruang bebas atau FSL (Free Space Loss) dipengaruhi
oleh jarak stasiun bumi ke satelit dan besarnya frekuensi karier yang digunakan
dalam transmisi radio.
d) Kerapatan Fluks Daya
Pada arah pancar juga dikenal kerapatan fluks daya (power
flux density) dalam satuan 2 watt/m
e) Daya Sinyal Pembawa
Daya sinyal pembawa (carrier) sering juga disebut sebagai
Receive Signal Level atau RSL. Daya sinyal pembawa ada dua macam, yaitu daya
sinyal pembawa arah uplink dan daya sinyal pembawa arah downlink. Daya sinyal
pembawa arah uplink adalah daya yang diterimma satelit dari stasiun bumi
pemancar setelah mengalami redaman ruang bebas arah uplink, rugi-rugi tambahan
dan penguatan di satelit. Sedangkan daya sinyal pembawa arah downlink adalah
daya yang diterima stasiun bumi penerima yang berasal dari daya pancar satelit
setelah mengalami redaman ruang bebas arah downlink, rugi-rugi tambahan dan
penguatan antenna stasiun bumi penerima.
f) Daya Derau
Derau merupakan sinyal pengganggu yang bercampur dengan
sinyal informasi sehingga menyulitkan penerima untuk mendapatkan informasi asli
yang dikirimkan. Derau ini akan sangat merugikan jika spektrumnya berada dalam
cakupan spectrum sinyal berguna (spektrum sinyal yang digunakan). Model derau
yang paling banyak digunakan adalah derau putih (white noise) yaitu derau yang
spektrumnya selebar spektrum sinyal berinformasi B dengan kepadatan daya
spektral No yang konstan. Temperatur derau antena tergantung dari beberapa
aspek, seperti: pola penguatan antena, temperatur langit (ruang bebas),
ekivalen temperatur derau atmosfir, serta temperatur derau dari matahari.
Pada komunikasi satelit, karena jarak yang sangat jauh, maka
sinyal yang diterima pada user maupun di satelit akan melemah. Sehingga untuk
memenuhi persyaratan C/N yang ditentukan, maka dibutuhkan receiver dengan noise
thermal sekecil mungkin. Umumnya noise thermal untuk satelit adalah sekitar 450
– 600 K. Besarnya nilai temperatur (T) untuk suatu sistem penerima dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
g) Kualitas Sinyal Total
Kualitas sinyal total diperoleh dari perhitungan link budget
arah uplink dan linkbudget arah downlink.
h) Bit Error Rate (BER)
Besarnya BER tergantung pada besarnya Eb/No sistem, dimana
Eb/Nomerupakan perbandingan antara energi bit dengan rapat daya derau pada
keluaran demodulator. Energi bit tiap informasi didefinisikan sebagai energi
yang terakumulasi pada penerima dari penerimaan power carrier (C) selama
interval waktu yang setara dengan waktu yang diperlukan untuk menerima bit
informasi .
Daftar Pustaka
IT Telkom.2011.sistem komunikasi satelit. http://digilib.ittelkom.ac.id.diakses pada tanggal 20 maret 2013.
0 comments:
Post a Comment